Shalat di Moschea di Roma - Rome Grand Mosque
Moschea di Roma |
Semoga dalam keadaan sehat selalu
ya.
Aku mau cerita tentang bagaimana
kegiatan ibadah di Moschea di Roma – salah 1 mesjid terbesaar di Eropa.
Tanggal 4 Oktober lalu, kami
sekeluarga merayakan shalat iedul adha disini. Untuk shalatnya dibagi 3 kali;
jam 8.30, 9.30 dan 10.30. Saat itu ipar
saya yang memutuskan untuk ikut yang jam 9.30. Sebenernya kalau dari rumah pake
mobil pribadi, 15 menit juga sampe sih. Cuma ternyata antusias masyarakat
muslim untuk ibadah sangatlah besar. Alhasil kami kesulitan mencari tempat
untuk parkir mobil. Kami parkir di dekat pintu masuk stasiun kereta Campi di
Sportivi. Dari sini masih harus jalan lagi melewati jembatan penyebrangan, sekitar 10 menit gitu deh untuk jalan kaki.
Saat baru datang, group shalat yang
pertama baru usai. Suasananya ramai banget. Seluruh penduduk dunia bercampur. Segala
macam bangsa. Pria dan wanita dengan beragam kostum layaknya pameran baju. hehe. Bisa saya katakan, hari itu ada ribuan muslim yang tumplek datang beribadah di tempat ini. Apalagi saat itu bertepatan dengan hari sabtu.
Seluruh sisi jalan penuh dengan
kendaraan. Kalau orang kedutaan bisa parkir mobil di dalam area parkir mesjid. Di depan mesjid ada bazaar yang menjual makanan, pakaian, produk
halal, dsb. Pengemis pun banyak yang mengambil kesempatan. Di gerbang masuk,
dijaga polisi italia.
Mesjidnya memang sangat besar. Ada 3
lantai sepertinya. Saya shalat di lantai utama – lantai 2 dimana lantainya dilapisi dengan
karpet. Sayangnya saat itu tidak ada yang mengatur shaf, sehingga agak
berantakan di bagian wanita.
Pukul 9.30 teng shalat dimulai
tanpa pengumuman jumlah hewan yang dikorbankan (yaiyalah, ini kan bukan
Indonesia ya?) dan dilanjutkan dengan ceramah dalam bahasa Arab. Speaker di
mesjid ini dirancang hanya untuk didengar di bagian dalam mesjid. Mereka yang
diluar tidak akan bisa mendengar apapun.
Seperti biasa yang terjadi di
belahan dunia Arab yang akhirnya juga terjadi disini, selesai shalat tanpa
mendengar khutbah, banyak jemaah yang membubarkan diri. Okelah kalau sekedar
membubarkan diri pulang, nah ini banyak yang asyiek ngobrol. Beneran ribut deh.
Walau saya juga gak ngerti – ngerti amat sih dengan ceramah bahasa arabnya. Hehe.
Selesai shalat , bersalam-salaman dan berfoto – foto lalu
kami hunting makanan di bazaar. Makanan didominasi oleh makanan dari timur
tengah dan afrika utara. Ternyata oh ternyata kami ber – 5 lupa membawa duit. Saat
ngorek sana sini, cuma ada 10 euro. Alhasil cuma membeli 2 jenis kebab dari
penjual berbeda untuk mengisi perut yang kosong. Harga kebab sendiri sekitar
3-4 euro per porsi yang lumayan gede bisa dimakan untuk 2 orang.
Selain shalat ied, saya mama dan
bapak sempat mampir kesini hingga 3 kali lagi untuk menemani bapak shalat
jumat. Shalat jumat dimulai sekitar pukul 13.30 – 14.30. Sekali waktu kami
pergi naik bis yang ribet dan melelahkan karena tidak ada pemberhentian di
dekat mesjid. Setelah curhat ke Papa, akhirnya 2 kali shalat jumat berikutnya,
kami selalu diantar oleh beliau.
Wanita banyak yang shalat jumat
disini. Baik itu datang sendiri atau mengikuti suami. Parkiran di area mesjid
tetap padat. Bazaar yang sama saat ied juga ada. Pintu masuk tetap dijaga pak
polisi ganteng yang sibuk nelpon (yaela saya sampai hafal segitunya ya?). Pengemis
juga banyak yang menunggu di depan mesjid dan juga sumbangan ini itu.
Di dekat gerbang masuk, juga ada
penduduk muslim yang membagikan sedekah nasi serta minuman setelah shalat usai.
Sekali waktu saya memperhatikan bagaimana mereka membagikan nasi yang dibungkus
dalam kemasan styrofoam. Tentunya tetep sih pada rebutan.
Dari cara bicara, yang memberikan
sedekah adalah imigran Mesir yang ternyata juga berjualan di bazaar di depan
mesjid. Lapak mereka memang lumayan besar, selain kebab mereka juga menjual kue
– kue manis khas mesir. Mungkin mereka juga punya restoran di kota Roma?
Kotak makanan yang dibagikan juga
tidak banyak, mungkin sekitar 30-40 yang dinantikan ratusan jamaah, belum lagi
para pengemis yang pasti mendapat jatah.
Selain umat muslim, mesjid ini juga
menjadi objek wisata bagi umat agama lain yang ingin mengetahui keberadaan
mesjid. Sekali waktu, Papa bertanya kepada saya bagaimana bagian dalam mesjid. Saat
saya ajak, beliau malah malu merasa tidak enak.
Mesjid ini berada di wilayah yang
berdekatan dengan komplek olahraga di Roma termasuk stadion olahraga sepakbola
yang menjadi tempat bermain klub AS Roma. Jadi sebenarnya, bisa naik bis yang
menuju ke stadion sepakbola dan tinggal jalan sedikit. Hanya saja dari area
tempat kami tinggal, bis menuju stadion gak ada sehingga harus sambung
menyambung.
Dari cerita ipar saya saat beliau
masuk islam tahun lalu, imam mesjid ini adalah orang Mesir. Dari cerita ayah
saya saat shalat Jum’at, yang ceramah biasanya anak – anak muda.
Ternyata gak dimana – mana sama
juga, banyak yang baru masuk ke mesjid saat khutbah hampir usai dan hanya
mengikuti ritual shalat. Kalau kaya begini, koq ya saya inget dengan teman –
teman saat SMA dulu ya?hehe..
Mesjid ini sangatlah besar, halaman
dan tamannya jauh lebih besar. Kalau bukan hari Jum’at , didukung dengan
areanya yang sepi, mesjid pun juga sepi. Untuk mendaftarkan ingin menjadi
muallaf, cukup kirimkan email, dan beberapa hari kemudian tinggal datang untuk
mengucapkan syahadah.
Imamnya yang sangat ramah akan
membimbing dengan bertanya alasan kenapa memilih islam dan kemudian akan dengan
senang hati bercerita tentang segala hal. Sertifikat keislaman akan diberikan
yang merupakan selembar kertas dengan tulisan Arab dan ditulis tangan untuk
kolom informasi pribadi si muallaf.
Katanya , di sekitar kawasan
Termini juga ada mesjid kecil secara di kawasan ini banyak terdapat umat muslim
imigran dari asia selatan dan timur tengah. Saya tidak sempat mampir. Silakan ditanya
saat mampir makan di kawasan ini.
Baiklah... sekian dulu untuk cerita tentang mesjid terbesar di Roma. Cerita selanjutnya masih berhubungan dengan agama islam di kota ini,:))
Bagian dalam Mesjid Roma |
Bagian dalam Mesjid Roma |
Penampakan Mesjid Roma dari luar |
Salah satu lapak penjual makanan/minuman kemasan dari Afrika Utara |
Waaah..seru yaaa..btw di sana lama juga ya, mbak..sampe sebulan ya? Soale sampe 3 kali Jumat. :-D
ReplyDeleteTp sayang ya..agaknya pemahaman Islam di sana secara fiqih belum sesuai..kayak ngobrol saat khutbah Ied atau salat Jumat tanpa mendengar khutbahnya..anyway, pengalaman asik ya mbak.. :-)
Wow pengen sekali ke sana....
ReplyDelete