Diary of me (1)
Entah kenapa, malam ini saya ingin menuliskan tentang
seseorang nun jauh disana.
Ceritanya 11 tahun lalu kita pernah jadian, halah, iya 11
tahun lalu. Udah lama ya? Sebelum kita jadian, kita tuh temen. Temen saat saya
butuh pertolongan dan dia selalu ada. Lalu datanglah rasa itu. Rasa untuk lebih
dari sekedar teman.
Jadian juga gak lama, mungkin hanya hitungan bulan. Kenapa putus?
Ternyata dia menduakan ceweknya dan saya adalah yang kedua. Hah! Kalau udah
begini saya paling malas. Malas untuk memperebutkan seorang pria. Pastinya saya
yang mundur baik – baik.
Sampai detik ini, saya masih ingat suara ceweknya saat
menjelaskan kalau mereka udah lama pacaran, bla bla bla. Sampai saya sakit
kepala karena itu cewek terus menerus menghubungi saya. Padahal saya udah
bilang kalau kita juga udah putus.
Akibat hubungan kita yang putus, sahabat – sahabat saya pun
jadi sebel sama dia. Secara mereka saling kenal gitu.
Hari berganti, tahun berjalan. Sampe saat saya ulang tahun
beberapa hari lalu dan dia mengirimkan ucapan selamat. Sebenernya gak istimewa
sih. Setiap tahun juga dia selalu mengucapkan. Yang istimewa hanyalah ternyata
dia sudah berpindah negara.
Dasar saya demen kepo, ya saya tanya – tanya deh tentang
tempat tinggal barunya. Jadi pengen mencoba sih untuk berpetualang ke tempat
dia. Akhirnya saya minta nomor hp nya. Dan saling berkirim whatsapp lah kita.
Sebelas tahun, ternyata gak begitu lama. Masing – masing masih
ingat akan kisah di masa lalu. Bahkan dia lebih ingat dibandingkan saya. Tiba –
tiba tadi dia bilang, dia masih ingat sms terakhir saya saat kita putus. Hah? Mana
saya ingatttt. Saya sungguh penasaran. Karena perbedaan waktu, sampai sekarang
saya masih menunggu jawaban dari dia.
Apakah kita akan kembali jadian? I don’t know.
Apakah rasa itu masih ada? I don’t know.
Apakah saya bahagia berkirim pesan dengan dia? Sangat.
Kisah sebelas tahun itu masih teringat jelas...sangat jelas
walau tidak mendetail. I still remember his smiles, his nice gestures , etc...
Well, as always, I let God showing me the correct way.
I have forgiven his mistakes but i can not forget the pain.
I do like ur decision, Ikmar...
ReplyDelete