Saya Suka Politik!!!

Bagi beberapa orang, politik itu menyebalkan. Tidak dengan saya, I always love politics.

I remember back then, dalam proses negeri ini berdemokrasi, tahun 2004 pertama kalinya kita mencoblos presiden. I did not vote karena aku lagi kerja di luar negeri tapi aku sangat excited untuk membaca tentang gimana sepak terjang SBY, bahkan bisa dibilang aku meracuni teman-teman terdekat untuk memilih beliau. 

Jauh sebelumnya, di masa aku kuliah, masih era orde  baru, aku dan Mama senang ikut kampanye PPP dan PDI (no to Golkar walaupun almarhum Oom  adalah orang penting di partai kuning ini).

Pertama kali pencoblosan setelah era Soeharto, aku gak takut untuk memilih partai yang dikomandoi oleh Sri Bintang karena aku mengidolakan beliau (yang nyatanya hanya 2 pemilih di kampungku, ntah siapa satu lagi).

Politik itu dinamis. Politik itu kotor. Politik itu menabrak etika. Tidak ada teman sejati di politik. Jangan idealis dalam berpolitik.

Hal-hal yang aku sebut di atas adalah kesimpulan dari pengamatanku melalui beberapa kali pemilu, which is from my point of view.

Aku seorang yang (agak) idealis in almost every aspect of life tapi di tahun 2014 aku berhadapan dengan hal diluar keidealisanku.

Aku diajak bergabung untuk menulis blog tentang Prabowo. Walau bayarannya lumayan, aku gak langsung mengiyakan. Butuh beberapa hari untuk berpikir. Diskusi dengan orang tua. Banyak membaca. What interest me was, I just need to write good things about Prabowo. Aku gak disuruh menulis keburukan pasangan presiden lainnya.

I never like to write bad things about people. Yeah I post bad things about people I hate in X, but not in my blog.

Menulis sebanyak 5 tulisan dan salah satunya sempat viral (yang mana kok sekarang saya malu mengingat momen tersebut, melihat how Prabowo nowadays). 

Pilpres kali ini, gak ada yang menawarkan saya menulis, let alone to vote specific candidates. Alhamdulillah...

I believe in politic that today I can like someone but perhaps I am gonna hate that person tomorrow because of what he says. And that is just fine. Nothing is wrong to criticize someone we used to like.

Gak ada orang yang sempurna. Itu kuncinya. Memuja seseorang walaupun mereka salah, itu yang salah. 

Kita, manusia, dikasih otak untuk berpikir! Bukan hanya mengiyakan ucapan seseorang yang kita puja. Memuja dalam keadaan benar dan juga salah.

Kita bisa kok berpikir kritis kapanpun juga walaupun itu terhadap orang yang kita agungkan.

Di rumah, kami dibebaskan untuk mengkritik jika ada sesuatu yang gak berkenan. Mungkin ini awal, saya bisa suka sama seseorang dan juga mengkritik orang tersebut sesuai proporsinya.

Alhamdulillah, kedua orang tua juga senang berdiskusi tentang berbagai hal. We can randomly talk about everything. How they react when problems come. How I ask them for opinion whenever I face something difficult. Belum lagi soal politik. Kita bisa berada di satu gerbong atau lain gerbong dan saling mencela.

Saya ingat betul, bagaimana Anies Baswedan digadangkan sebagai salah satu orang pintar di Indonesia. Tentunya saya kagum melihat orang pintar. Gak terpikir saat itu, jika beliau akan terjun ke politik.

Tiba saatnya tahun 2013-2014 dia bergabung di tim salah satu pilpres dengan cara yang jauh banget dari kepinterannya. I hated him back then. Saking kesalnya, tahun 2015 di pesta kawinan salah satu saudara, beliau datang, papasan dengan saya, dan saya gak ada ketertarikan untuk berfoto bersama beliau. hahahaha.

Mungkin, saya juga tipe orang yang gak demen-demen amat berfoto bersama orang ngetop. hihihihi...

Then.. I never like Jokowi. But, ada 2 kesempatan saat saya ngantor dan mengikuti event yang dibuka oleh beliau (event tahunan yang cukup besar). Dan, saya mau-mauan donk bergaya selfie dengan background Jokowi. Karena apapun, dia Presiden Indonesia. Akan ada dalam catatan sejarah siapa dia. Dan ada sedikit rasa bangga berfoto dengan background beliau. Konyol? iyalah!

Disinilah letak, saya juga bisa gak seidealis itu melihat waktu dan tempatnya.

Di beberapa kesempatan pesta kawinan, saya bertemu banyak politisi, and I was just like, "ah ok, that is Mr. This and that is Mr. That". Gak pernah loh terpikir nyamperin mereka, ngajak berfoto atau sekadar menyapa.

Sometimes, I like to be in neutral side. Being here and there. Demi bisa bersikap kritis ke siapapun.

At the end, gak ada orang yang sempurna. Gak ada pemimpin yang sempurna. I am not a perfect person.

We have to open to critics. Jika ada orang berani kasih kita kritik, kita harus berterima kasih karena mereka sudah berusaha mencari celah yang kita gak kepikiran akan hal itu.

Harapan saya kedepannya, dengan UU ITE yang begitu you know how it is, from my point of view tentunya. Semoga kita bisa berbicara dan menulis dengan bebas. Semoga kita bisa mengkritik dengan bertanggung jawab. Gak apa-apa dilaporin. Seems ridiculous kalau masalah kecil jadi besar, sementara masih banyak masalah besar yang terbengkalai tidak terurus.


Comments

Popular Posts