When I Have To GIVE UP
Here comes my random morning activity.
I just feel that I wanna write.
Give up…Menyerah!
Some says, you should not easily give up.
Somehow, tergantung situasi dan kondisi kan?
Mungkin, we should not give up our dreams
but…give up for the better of ourselves, why not?
Pengalaman ini mungkin bermula dari setahun
lalu, saat saya di minta untuk menulis di blog, tentang sakit maag. Dalam masa
pengobatan seminggu tersebut (maklum lah ya, saya cuma dapat paket seminggu),
saya tersadar, it is time to stop my habit of eating spicy food. Yep, makanan
pedas, makanan berbumbu pedas, whatever you name it. I think, it is just
enough!
Di umur sekian, kurang puas apa lagi sih makan sambal. Saya suka,
banget, sama yang namanya sambal atau yang pedas-pedas tapi…perut saya ternyata
gak bersahabat. Most of the times, saya sakit saat makan pedas. Antara diare, angin
naik ke atas dan perasaan gak nyaman di bagian lambung. Ignoring it, is easy
tapi… bukankah akan berbahaya kalau sudah terus-terusan?
Apakah saya akan selalu sehat di masa yang
akan datang? Apakah saya tidak akan terkena penyakit lain di masa depan? God
knows.
Then, there I was, quitting. Kebetulan gak
berapa lama saya ke Roma, tempat adik for almost a month. Disana ga mungkin lah
makan pedes. Hidup nyaman banget tanpa rasa sakit.
Gak berapa lama balik Jakarta, saya mulai
balik lagi dengan kebiasaan buruk, MAKAN PEDAS!
Sakit? Pastinya! And I ignored any pain
that occurred.
Sampai akhirnya, di Bulan Mei saya
endoskopi di Penang. Kebetulan, saat itu saya memang lagi sering sakit perut.
Sebelum endoskopi, dari pemeriksaan regular,
dokternya bilang,“Kamu stress ya?”. Saya cuma bisa tersenyum.
Setelah endoskopi, yang kedua kali (first
was in 2008), dalam perasaan takut akan adanya sakit yang berbahaya. Dokter
cuma bilang, nothing serious but please stop eating spicy food. Huff!!!
This time, I have to make friend with
anything but spicy. It is almost 6 months and I manage to live my life the
fullest. Tanpa sakit berarti. Kalau sampai makan pedes, gak sengaja, yaudah
sakit seperti biasa dan saya cuma mengatasinya dengan madu dan kurma.
Bukannya gak mau makan obat…tapi saat
berobat di bulan Mei tersebut, dokter menganjurkan saya berhenti minum obat
eceran yang biasa saya beli. Setelah endoskopi saya diberikan obat yang diminum
selama 3 minggu. Saat minum obat tersebut, sama sekali gak ada masalah, sampe
saya malah takut saat berhenti, takut akan timbul sakit (efek ketergantungan).
Alhasil, up to now, saya sudah sama sekali
gak minum obat maag, obat lambung, whatever they are. Di meja obat-obatan,
masih ada obat yang biasa saya minum dan saat menatapnya, saya cuma tersenyum,
bye!
Bagaimana dengan stress? Ya gak bisa
dihindari juga, kalau kumat sakit karena stress, ya makan aja kurma. That’s
it!!!
I give up on anything spicy. Sampai
membuat takjub orang-orang yang kenal saya. Saat makan dan lihat potongan
cabai, saya pinggirkan. Saat pesan makanan, saya selalu pesan gak pedas. Saat
masak dengan cabai, saya buang bijinya.
Apakah saya gak tergoda? Huaaaa godaan itu
berat bo’. Apalagi saat pms atau ada masalah yang membuat saya merasa, makan
pedas adalah solusinya. Tapi, gak saya
ikutin sih semua itu.
Di rumah pun, nyokap sekarang kalau masak,
instead banyak cabe, dia menggunakan banyak tomat. Anything for the healthier
of me. hehehe.
Comments
Post a Comment