A Bit from My Life
Sudah lama tak mengisi blog ini… padahal setiap hari ada ide
mengalir untuk ditulis, tapi apa daya, kekuatan untuk membuka social media lebih
besar daripada untuk menulis disini.
Membuka kembali blog ini, saya ingin bersyukur
sebesar-besarnya atas segala yang sudah diberikan oleh Allah Swt kepada
kehidupan saya selama ini.
Life is filled with ups and downs…sekarang saya baru bisa
mengerti apa arti dari apapun yang sudah terjadi dalam kehidupan ini.
Mungkin saya belum bisa mengartikan semua apa yang sudah
terjadi tapi dengan semakin saya bersyukur, semakin banyak lagi kebahagiaan
yang saya terima.
Semakin kesini, semakin saya mengerti, dalam hidup, gak usah
ribet-ribet amat sih. Apapun yang terjadi, ngadu
aja sama Allah. Ngomong doank kesannya gampang kan ya? Wajar lah kalo saya
juga butuh ‘manusia’ tempat untuk ngadu. Tapi gak usah banyak-banyak deh, 1-2
orang juga cukup. Percaya aja, jawaban dari Allah tuh bakal melebihi
ekspektasi.
Anyway, akhir tahun 2018 saya akhirnya memberanikan diri
keluar dari zona nyaman (kalau kata orang ya..). Berhenti bekerja!
Kalau cuma melihat update-an hidup saya mah, kesannya
enakkkk. Berhenti terus ke eropah!
Alhamdulillah….
Tapi, saya kan juga perlu pemasukan. Yakale keluar duit
muluk tanpa pemasukan. Yakale saya berhenti, mau duduk cantik aja di rumah. Yakale
saya berhenti, cuma mau ngegedein badan.
Saya berhenti kerja. Saya berhenti dapat pemasukan rutin. Pastinya
saya punya mimpi!
Saat masih kerja, mimpi saya banyak. Seakan – akan bekerja
sendiri itu gampang.
Begitu saya pulang dari Roma, di rumah, saya takut. Takut gagal!!!
It is not easy…
Doa hanya satu-satunya kekuatan saya minta petunjuk sama
Allah. Apa ya yang harus saya lakukan???
Tiba-tiba, out of nowhere. Teman saya memaksa saya untuk
membuat kue untuk dipesan. Ya ampun, saya bukannya bersyukur, saya malah
bengong. “Gile, gue udah lama gak buat kue!”
Dan saat itu, saya gak bisa nolak. Dia dengan tegas bilang,”pokoknya
gue pesan ma elo!”
Antara mau nolak tapi butuh duit. Hahahhahaha
Terus nyokap bilang,”sana gih uji coba di dapur”.
Dalam perenungan
saya, lalu saya menyadari. Inilah jawaban atas doa-doa saya. Inilah cara Allah
menjawab.
Selanjutnya, segala sesuatu mengalir dengan ups and downs. Resep
yang gagal. Pesanan datang terus. Keinginan untuk membuat kue lainnya. Hari-hari
kosong tanpa pesanan. Selalu ada warna setiap harinya.
Seru…
Itu kesan saya. Bisa jadi, saat ini, pemasukan bulanan saya
gak sebesar gaji bulanan saya dulu.
Tapi saya bersyukur. Bersyukur, karena saya akhirnya berani
untuk keluar dari zona nyaman. Bersyukur karena akhirnya saya berani membuka
usaha beneran.
Sahabat saya bilang gini,”Ya gak semua orang bisa kerja
kantoran dan juga bisnis sampingan. Macam-macam cara Allah. Mungkin cara untuk
elo, serius dengan membuka usaha”.
Saya terdiam mendengar ucapannya sambil berusaha mencerna. Mungkin
dia benar. Allah mau saya lebih bersyukur dan berusaha. Kalau saya bisa
mendapatkan segalanya pada suatu waktu, mungkin tingkat kebersyukuran saya akan
rendah (halah, Bahasa apa ini??).
Saya nulis ini, semoga bisa menjadi penyemangat untuk yang
membaca. Apa yang kita takutkan, hanya ada di pikiran kita, berputar-putar
menakuti kita karena melangkah melakukan sesuatu yang menakutkan, sebenarnya gak
semenakutkan apa yang ada di pikiran kita. Rasa takut itu senang menghinggapi
kehidupan kita. Be brave and you will find happiness.
Some of those people whose giving me the courage to start my
own business are as follows:
Di suatu pameran berskala internasional, ntah kenapa kok
saya bisa nyantol masuk ke booth batik ini. Harga batiknya mihilll bo. Yang saya
beli, hanyalah scarf/selendang karena itu yang paling murah tapi saya emang
suka warnanya sih.
Tapi, saya berkesempatan ketemu dengan ownernya yang begitu
menginspirasi. Seorang lelaki, masih muda, yang memulai bisnisnya beberapa
tahun lalu dengan modal 5 juta tapi sekarang bisa memproduksi batik dan juga
baju yang harganya kebanyakan di atas 10 juta dan dipakai rata-rata ibu menteri
di Indonesia.
Yang paling membuat saya kagum sih, bukan karena saya punya
batik merk si mas ini, tapi bagaimana dia membuat usaha dengan membina ‘rakyat
kecil’ dan hasil penjualannya digunakan untuk membina dan kesejahteraan mereka.
“Buat apa sih mbak saya punya uang segitu banyak. Dari hasil kasih pelatihan,
lebih dari cukup untuk saya”, kata-kata yang selalu saya ingat.
Next is…
Seorang ibu yang menurut saya menjual nastar terenak. Nastar
terenak is an added bonus. Utamanya, si ibu yang ramah menjawab kebawelan saya
di WhatsApp. Dari ceritanya, saya bisa tahu kalau dia mengerjakan semuanya
seorang diri. Bahkan sampai mengantar nastarnya ke toko-toko di sekitaran
Palembang.
Ada juga teman saya, kalau yang ini mah saya melihat ups and
downs-nya beneran. Mencoba beragam jenis usaha sampai akhirnya sampai di titik
keberhasilan di bisnis makanan.
Mereka adalah sebagian orang yang menginspirasi saya. Yang lainnya,
masih banyak, yang membuat saya berdecak kagum dan menyemangati saya untuk
berani melangkah.
It is not easy but it is getting there…..
Kita butuh duit (siapa sih yang gak), tapi jangan karena
butuh duit, kita lupa sama diri kita sendiri.
Selalu ingat gimana mamah dedeh ngomel, saat ada ibu-ibu
yang curhat, gimana susahnya cari kerja. Gimana anaknya susah payah cari kerja.
Mamah dedeh, lagi-lagi mengutip sunnah, “9
dari 10 rezeki itu dari membuka usaha”.
I’ve been working here and there, at this stage, mungkin ini
saatnya saya membuka usaha sendiri. Dengan membuka usaha sendiri, dengan saya
berada di rumah, tidak menutup kemungkinan untuk mereka yang membutuhkan jasa
saya di bidang lainnya (freelance). Saya selalu terbuka untuk hal lainnya…
Bismillahi tawakkaltu….
Comments
Post a Comment